Mengapa dan Apa itu Game Based Learning? Mari Kita Bahas.

Gambar Game Based Learning

Apa itu Game Based Learning (Pembelajaran Berbasis Game)?

Game sangatlah kita kenal dan ada dimana-mana. Kita dapat menemukannya di sebagian besar tempat. Saya memiliki koleksi boardgame, tetapi ada game lain yang menempel pada ponsel, tablet, PC atau game konsol (playstation, sega, nintendo dll).

Jika Anda seorang gamer, baguslah!

Kita jelas memiliki banyak kesamaan dan dapat berbagi banyak hal yang menjadikan permainan sebagai bagian besar dari kehidupan kita. Game sendiri menurut saya mencakup segala sesuatu mulai dari kompetisi dan sosialisasi hingga eksplorasi dan pencapaian. Tapi Anda mungkin merasa memiliki penghalang dengan game jika Anda seorang pendidik.

Mungkin Anda telah memainkan beberapa game di ponsel Anda. Mungkin Anda menghabiskan musim liburan dengan kerabat Anda bermain Monopoli, catur, atau playstasion. Tapi bermain game hanya boleh di masa liburan atau di weekend, tidak di sekolah atau di dalam kelas. Permainan dan pengajaran sering kali dilihat merupakan dua hal yang terpisah. Bagi sebagaian orang hampir mustahil menggabungkan keduanya, bermain ya main, belajar ya belajar.

Namun, ada sebagian pendidik, desainer, guru, peneliti, cendekiawan, dan profesional yang menggunakan permainan setiap hari untuk mengajar, belajar, memberi pelatihan dan pengembangan. Ini adalah pembelajaran berbasis game atau Game Based Learning.

Artikel ini membahas mengapa kita bisa menggunakan game untuk belajar dan juga menyertakan definisi pembelajaran berbasis game (Game Based Learning). Game Based Learning sering bercampur baur dengan gamification, jadi artikel ini juga akan membahas perbedaan antara keduanya.

Terakhir, artikel ini akan membahas bagaimana keterampilan dikembangkan melalui pembelajaran berbasis game serta bagaimana menggunakan pembelajaran berbasis game dalam praktik Anda sendiri. Sudah siap untuk berpetualang di Game Based Learning?

Mengapa Memulai dengan Game?

Seperti kita ketahui ketika saya mengatakan “Ayo main”,

maka hal itu sudah cukup menarik. Tapi tahukah Anda bahwa Anda bisa menggunakan game untuk mengajar dan belajar? Juga, apakah mengejutkan bahwa permainannya jauh lebih menarik daripada metode pengajaran lain yang hanya menekankan isi atau konsep?

Itu karena permainan adalah bentuk konten yang menarik.

Game adalah media yang perlu dikonsumsi secara aktif untuk benar-benar dinikmati. Tidak seperti cerita, ceramah, dan video. Game memberi pemain pilihan dan aksi. Karena itu, game mendorong pola pikir bertumbuh bagi pemain untuk terus belajar, mencapai sesuatu, tumbuh dan berkembang. Karena itu, pemain dan siswa akan menjadi lebih baik dalam mempertahankan pengetahuan yang didapat dari permainan.

Game adalah bentuk pengalaman belajar yang berempati dengan “melakukan” alih-alih “mendengarkan” ketika menerapkan apa yang telah kita pelajari. Siswa/player/partisipan dapat mencapai ini karena game telah kebanyakan didesain menjadi ruang masalah yang kompleks. Mereka memberi pemain dengan struktur dan tahapan untuk sukses, tetapi tidak langsung mentah-mentah memberikan langkah-langkah yang diperlukan untuk benar-benar mencapai kesuksesan itu.

Langkah-langkah untuk mencapai kesuksesan itu ada di tangan para pemain untuk ditemukan dan diterapkan. Di situlah bagian paling penting dari pembelajaran terjadi.

Unsur game meliputi tujuan/goals, interaksi, umpan balik, dan problem solving.

Pemain dapat meningkatkan keterlibatan belajar dan motivasi berkelanjutan. Kita mungkin berpikir bahwa sebagian besar pembelajaran berbasis permainan harus dilakukan secara digital. Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan pembelajaran berbasis game digital memang telah tumbuh. Tetapi tidak semua pembelajaran berbasis game perlu diterapkan dalam format ini. Simulasi, role playing, studi kasus, serious game, game outbond, boardgame, dan cardgame dapat digunakan untuk mengajar dan belajar.

Apa itu Game Based Learning

Game Based Learning adalah tentang merancang kegiatan pembelajaran sehingga elemen-elemen game dan prinsip-prinsip permainan melekat dalam kegiatan, pelajaran, kelas atau kursus. Dalam pembelajaran berbasis permainan kami menggunakan elemen-elemen permainan itu sendiri untuk mengajarkan keterampilan tertentu atau mencapai hasil pembelajaran khusus untuk siswa/partisipan.

Terkadang itu bisa berupa pengetahuan deklaratif atau faktual. Dalam hal itu sebagian besar guru terbiasa menggunakan platform trivia (kuis) seperti Kahoot untuk menguji daya ingat siswa. Tetapi bagaimana jika Anda mengajarkan sesuatu yang berbeda? Bagaimana Anda akan mengajari siswa tentang sesuatu yang prosedural?

Salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah melalui penggunaan simulasi dimana aplikasi dunia nyata secara akurat dimodelkan dalam dunia game. Sebagian besar guru dan pendidik terbiasa dengan membuat ukuran dan penilaian yang fokus pada aspek deklaratif mengajar dan belajar. Itu sebabnya aplikasi seperti QuizUp dan Trivia Crack menjadi populer. Tetapi bagaimana jika para pendidik ingin mengajarkan sesuatu yang lebih konseptual? Seperti bagaimana sistem yang kompleks bekerja?

Konsep-konsep Game Based Learning sebenarnya sudah sering digunakan di sekolah menengah dan universitas yang bekerjasama dengan United Nations (PBB) atau European Union (Uni Eropa). Di sana, aplikasi ini memungkinkan siswa untuk menerapkan konsep yang berbeda seperti negosiasi dan perdagangan dalam lingkungan seperti permainan.

Sebenarnya ada peluang bagi para pendidik untuk menggunakan permainan yang tersedia secara komersial. Ini adalah game yang awalnya tidak dirancang untuk digunakan untuk pengajaran dan pembelajaran. Tetapi kemudian diperkaya dan digunakan untuk tujuan pembelajaran. Permainan boardgame yang kooperatif seperti Pandemic dan Flash Point: Fire Rescue memungkinkan pemain bermain peran sebagai tim profesional medis atau pemadam kebakaran yang harus bersatu untuk memerangi krisis bersama.

Keterampilan dikembangkan melalui Game Based Learning

Salah satu perubahan terbesar dalam pembelajaran berbasis game (Game Based Learning) adalah bagaimana konten dibuat, digunakan, dan diterapkan untuk pembelajaran. Di masa lalu pendidikan berfokus pada penggunaan kelas,kuliah dan tugas tertulis untuk mengajar dan belajar.

Sedangkan, pembelajaran berbasis game menggunakan konten yang sama tetapi memberikan hak kepada pemain untuk membuat pilihan, berkomitmen pada keputusan, dan kemudian mengalami keberhasilan atau kegagalan.

Kerangka kerja dalam Game Based Learning adalah melalui terus mencoba, melakukan refleksi, dan bereksperimen adalah ciri khas untuk membuat pembelajaran berbasis game menjadi pilihan yang tepat bagi para pendidik. Game Based Learning juga menyediakan “kotak pasir” bagi pemain untuk berkolaborasi, memecahkan masalah, berkomunikasi, dan berpikir kritis dalam pembelajaran mereka sendiri.

Faktanya, semakin sulit dan kompleks permainannya, semakin banyak keterampilan ini diuji, disempurnakan, dan ditingkatkan. Ini adalah yang terbaik dan paling jelas ketika pemain masuk dalam “flow state” selama permainan mereka. Keadaan keterlibatan yang tinggi ini telah menunjukkan pengaruh positif pada peningkatan kinerja dan pembelajaran.

Beda antara Game Based Learning dengan Gamifikasi

Gamification (Gamifikasi) banyak dirujuk dalam budaya populer. Itu sering berarti bahwa orang membingungkan gamifikasi dengan Game Based Learning. Ada kesamaan, tetapi ada perbedaan lain di antara mereka. Gamification adalah penggunaan elemen seperti game dalam konteks non-game. Pengaplikasiannya menngunakan leaderboard atau penggunaan lencana digital yang mengomodifikasi prestasi dalam kursus online dan pembelajaran. Di mana perbedaan pembelajaran berbasis game adalah bahwa mereka menggunakan game sebagai media untuk belajar.

Sebaliknya, Gamification berupaya menambah apa yang sudah dilakukan untuk mengajar siswa dan individu. Ini dapat dilihat lebih lanjut di mana elemen-elemen permainan formal digunakan dalam konteks pembelajaran. Hanya menerapkan permainan trivia ke kelas Anda bukanlah termasuk Game Based Learning. Namun, membiarkan siswa menerapkan konsep berbeda di kelas Anda di ruang di mana mereka terus gagal dan coba lagi? Itu lebih dekat dengan Game Based Learning.

Cara menggunakan Game Based Learning

Gamification adalah penggunaan game seperti elemen dalam pengaturan non-game. Game Based Learning menggunakan game sebagai media pembelajaran. Agar pembelajaran berbasis permainan menjadi efektif, perancang, guru, pendidik, atau instruktur perlu membuat tugas pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik yang terintegrasi langsung ke dalam permainan. Itu berarti bahwa hasil dan proses perlu diselaraskan. Jika Anda mencoba mengajari pemain untuk berkolaborasi, bekerja sama, dan bekerja dengan satu sama lain, maka tidak masuk akal jika ada papan skor untuk membandingkan pemain satu sama lain. Ini menunjukkan keterputusan yang jelas antara proses dan hasil.

Penerapan Game Based Learning yang bagus fokus pada ruang masalah dan kerangka kerja untuk berfokus pada situasi yang dihadapi. Seperti banyak game yang sukses secara komersial, pemain diberikan struktur dan tahapan untuk berhasil, tetapi tidak dibekali dengan motivasi atau instruksi tentang cara untuk berhasil. Sebaliknya, itu adalah sesuatu yang disediakan pemain (dan peserta didik) melalui permainan.

Apa yang dapat dilakukan oleh perancang, pendidik, dan guru adalah memberi siswa aksi yang fleksibel. Itu berarti memberikan ruang dan cara yang fleksibel bagi siswa untuk mengarahkan pembelajaran berdasarkan pilihan siswa/partisipan.

Misalnya dalam suatu kelas di mana guru/instruktur memberi tahu siswa bahwa perlu mengumpulkan 2.000 poin dalam kegiatan kelas untuk mendapatkan nilai A. Siswa dapat memperoleh poin melalui tugas tertulis, pekerjaan rumah, ujian, kuis, dan pidato. Tetapi bagaimana jika mereka menyelesaikan dan menyelesaikan SEMUA penugasan? Jika mereka melakukan itu, maka ada lebih dari 5.000 poin yang tersedia untuk mereka. Format ini memberi siswa saya pilihan fleksibilitas yang maksimum dalam menangani pembelajaran mereka sendiri.

Pengunaan Game Based Learning juga diuntungkan dengan mengontrol umpan balik yang diperoleh pemain dengan cermat melalui berbagai aktivitas. Idealnya, siswa harus menerima umpan balik segera setelah menyelesaikan sebuah misi, tujuan, atau misi. Umpan balik tersebut kemudian dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja mereka berikutnya. Umpan balik ini harus disediakan dalam suasana yang menghormati “lingkaran ajaib” game di mana apa yang terjadi di dunia game tetap ada di dunia game. Lingkaran ajaib ini harus nyaman dan memungkinkan siswa dan pemain untuk bertanya, menjawab, bereksperimen, dan “bebas untuk gagal” dalam lingkungan belajar.

Leave a Reply

Your email address will not be published.Required fields are marked *